Tapi walopun begitu juga nich juga di server, kantor temen w... nebeng lah ngenet gratis..mo dowload apa yang dimao tapi bingung apa yang kudunya di download, dowload film lamaaaa....bisa bisa searian ga bakalan kelar..trus ngapain kalo udah begini.,.ya ikuti alur ajalah ,,sambil nonton TIPI ngenet dikit buka FB,buka TWIT,buka BLOG, buka bukaan..hahahah..(oww tidak begitu baik).
Ya untuk malem ini w usahain stabil lah.. no alcohol, no drug, no sex..hahahaha..husss...dibilang jangan ngalantur malah begitu aja otaknya..berrattt...
Udah gini aja kawan,,w crita aja gimana,,atau situ yang crita,,,hayoo..keder juga kan endingnya..tpi w punya catatan waktu diperantauan..halah.. cuma bait-sajak-kata-kalimat yang tujuannya mengingkat waktu itu w ada disono aj... WOCCOOENT MAN...!!
Untuk 18 mei sampai 30
Sore itu aku anjakan kaki
Dari kekasihku, kawanku, saudaraku
Dari kota penuh suka duka
Kediri kawan, aku sebut itu
Walau bukan tempat aku lahir
Disana aku tempuh hidup
Tanda tanda hari itu lengser
Di ujung gunung hingga tak terlihat
Diam diri pandang lembah sunyi
Hanya tarian pohon yang tak pernah mati
Dari angin dan embun pagi
Jalan aspal panjang segera
Ucapkan selamat tinggal
Mereka yang slalu disampingku
Berteriak jangan pergi dan jangan pergi
Hingga ku tutup telinga hingga ku tak dengar
Suara lantang suara sedih suara duka di dada
Aku pasti kembali, aku pasti kembali
Hanya itu dan itu yang aku ucap
Doa doa seseorang yang sudah jadi panutan
Iringi langkah bagai balutan sejuk
Bagai bekal bagai air di perantauan
Sampai jua ditanah orang
Malam terasa melekat
Namun bising suara suara tajam
Dari besi besi berjalan itu
Membuatku muak, membuatku berontak akan keadaan
Kenapa aku disini
Dan kenapa aku kesini
Ku dengar suara kawanku bersua
Jalani kawan tataplah tegar
Masih ada perang yang belum terselesaikan
Sejak itu mata telinga hingga ubun-ubunku terasa
Terasa lapar akan hari esok dan esok
Seperti apa disini
Apa aku akan mati
Apa aku akan bangkit dan kembali
Sering kali aku terjatuh
Terpuruk bak seonggok sampah selokan
Terombang ambing waktu
Tak tau arah tujuan
Ribuan kali aku memohon
Belum ada jawab
Yang ku punya hanya sabar, sabar dan sabar
Rupanya mataku terbelak
Melihat matahari, terasa lepas
Ia semakin menanjak dan kutemukan panas
Kasihan aku kasihan
Sudahlah ya sudahlah
Aku sudah disini
Di Surabaya ini akan aku jalani
Untuk 18 mei sampai 30 kini
Aku masih disini
Surabaya, 30 mei 2011
Sarang sarang ruang
Merambah malam, aku kembali keruanganku
Ruangan yang semula tanpa huni, sekarang ada aku
Kembali aku dengarkan suara ayat ayat itu
Ingatkan ku akan suara lirih guruku
Kakiku masih saja tak beranjak
Mengguyur tanganku dahiku hingga sekujur tubuh
Aku kira aku akan terbelak
Ternyata fikirku aku belum butuh
Burung-burung itu apa mulai tidur
Mungkin ia bersyukur
Atau bahkan mereka mereka bertafakur
Semoga semua itu jadi tutur
Sudah seharian burung itu terbang
Mencari makan buat anaknya
Senja tiba
Ia kembali kesarang, tempat tumpuan malam menggema
Menikmati hasil panen selama terik mentari masih terbuka
Surabaya 1 juni 2011
pualang
Tengah malam datang
Menghantarku untuk pejamkan mata
Dalam gelisahku untuk kembali
Menuju tempatku singgah
Di keranjang usang aku rebah
Tubuh yang tak kalang kepalang
Setelah seharian menari dengan awan
Terasa lelah dikendalikan
Hambar terasa memeluk
Membuat ingat akan kenangan
Semasa di sana
Digubuk tua yang sekarang dihuni ahli surga
Mataku melihat atap rumah
Hatiku berdetak megalir di suangai-suangai
Nafasku mencium arti hidup
Diteduh sumur tempat orang-orang menimba mutiara
Hitam tanahku yang lama tak terpijak
Tertanam ribuan kali tumbuhan palawija
Hijau daunya tak terlupa
Walau malam suara katak iringinya
Seandainya mereka itu tahu
Apa yang sekarang terpaku di benakku
Andai saja mereka tau
Aku hanya ingin pulang di tanahku.
Surabaya, 8 juni 2011.
Sajadah
Sembari esok datang
Bermula ketika petang
Embung pagi bersuara lantang
Di detik aku terbangun diantara tiang-tiang
Coba menyeretku tulis sajak tak ada guna
Untuk bangunku agar tak sia sia
Raut muka terasa suntuk dibuatnya
Mungkin karena bising angin membawa
Sajadah kecil itu jadi pijikan
Ketika tanganku minta akan doa
Tak apa semoga saja
Tuhan mau ijabahinya
Memang tak ada istiqomah
Kadang hidup kadang punah
Digiring fikiran berkedok ilmiah
Naluriku membawa ramah
Akhirnya aku bersila di sajadah. Amien
Sidoarjo, 09 06 11.
Lelapku
Tembus gelapnya malam
Redup senja lampu lampu kota
Lalu lalang masih digandrungi kelana
Jenuh aku dibuatnya
Rebah tubuhku
Membuat sudut-sudut jadi buntu
Mataku masih tersadar
Sedang esok duduk menunggu
Sepi senyam jadi naungan
Dipanas kota karena proyek proyek
Tak jelas arahku kemana
Ku mau hanya lelapkan mata
Surabaya, 11 06 11
Tadi…
Aku dengar kisahmu
Bersajak sendu berbalut pilu
Kisahmu untukmu
Berkaca dengar alur waktu
Kau bercerita cinta
Ceritamu kala kau sedang nikmati tawa
Namun sekarang kau rasakan arti duka
Maaf kawan bukanya aku tak bisa
Namun aku turut berduka
Ucapkan selamat tinggal buatnya
Biar rohnya menyatu dengan alam
Biar jasadnya bercengkrama dilembah Tuhan
Terus berdoa kawan
Ia akan selalu tersenyum
Dihias kumbang-kumbang surga
Dan kau kembali temukan arti bahagia.
Untukmu ari.
290611, sidoarjo
Arti
Bertemu aku,,wajah wajah baru
Wajah yang belum aku tau
Entah sekian lama, ternyata mereka saudara
Diujung senja kutunggu kabar akannya
Hingga kami berkumpul di pelataran kota
Secangkir kopi hisapan cerutu
Temani sesaan hempaskan luka
Laju ruang jalan yang penuh suara
Tak hentikan nafas sembari menyapa
Irama penuh nada jadi senandung lereng senja
Walau matahari tidur kami tetap berbaur
Entah apa kata mereka entah apa kataku
Tak ada lain semua demi arti.
01 juli 2011, sidoarjo
Untuk nenek
Terlalu lama aku tak tegur sapa
Terlalu lama pula aku tak memeluknya
Hingga pagi tadi
Terdengar kabar akan engkau
Lewat mimpi-mimpiku yang terfikir tak ada arti
Namun logat jawa itu masih melekat saja
Dengan apa arti dibalik goresan tinta tidurku
Ataukah hanya kebiasaan aku tak tau
Bel dentang itu ingatkan aku
Saat ibuku berikan secarik cerita
Akan indahnya hidup dan indahnya kematian
Air mata itu adalah mutiara bagi kami
Diiring doa doa bertafakur
Tiada kabar tiada cerita
Engkau tinggalkan kami
Detik jam sudah usai engkau nikmati itu
Akhirnya engkau kembali
Innalillahi wainnaillahi rajiun
Semoga amal amalmu diridhoi.Amin
14 juli 2011, sidoarjo, sajak buat kakek karsa.
Seperti rembulan itu
Awan hitam sedang asik memeluknya
Sedangkan aku disini meratap tak bernyawa
Penghalang datang bukan kepalang
Aku kwalahan dibuatnya
Raut muka saja tak sedap dipandang
Apalagi hati
Kini kian berperang mencari jawaban
Mau kemana lagi aku ini
Jalan terus yang kutemui hanya buntu
Tak ada buntu lobang selalu dan selalu
Apa arti semua ini..
Mau marah sama siapa
Semua sudah seperti sewajarnya manusia
Ya sudah lah biarkan Tuhan yang bicara nantinya.
18 jul 2011, sidoarjo
Inikah kota
Ribuan lampu ramainya aspal jalan
Para pejuang uang tak kenal kata lelah
Dimana mereka berpijak disitulah uang
Rasanya tak se indah di kampung sendiri
Itu kataku…
Sudahlah sudah aku sedang disini
Mungkin lain hari aku akan kesana
Ditunggu waktu atau aku yang tunggu
Rasanya tak se indah kampung sendiri
Itu kataku…
Larut demi larut aku terdiam
Sekelilingku masih dalam naungan malam
Tak tau kapan mereka akan padam
Angin sendiri susah berbenih
Sebab polusi-polusi itu membuatnya gusar
Wajahnya yang dulu bersih sekarang jadi kelam
Itu kataku…
Sidoarjo, 21 juli 2011.
Selagi masih bisa
Aku sengaja sambung suara
Rupa rupa tak lagi berupa
Mereka bersua dengan lantangnya
Kiranya benar
Bila aku ini memang rabun
Tapi aku masih lihat
Rambu-rambu didepan itu
Bila aku ini memang bisu
Tapi suraku masih saja kau dengar
Apa suara hantu itu
Bila aku masih bisa tuli
Tapi aku masih dengar
Apa apa dibalik apa ucapanmu itu
Bila aku ini memang durja
Itu dari tempat antah berantah
Sengaja aku bicara
Agar kau berfikir
Aku juga kawanan pencari
Dimana itu jati diri dimana itu ridho illahi
Demi fajar demi senja
Aku disini masih berdiri
Cobalah kau raba apa arti semua
Agar kau sadar akan segarnya air kehidupan.
Sidoarjo 22 juli 2011
Denyut nadi ini masih bergerak
Nafas inipun semayam sewajarnya
Tanpa henti aku bermunajat
Hingga sesak hembuskan kata
Lewat kalimat tak bersuara
Aku coba bicara
Dengan dongeng dongeng lama
Berkisah tangisan tangisan resah
Aku dengar suara itu
Sampai sekarang
Saat engkau teteskan air mata
Disitu pula aku terasa di neraka
Mohonku jangan bersedih lagi
Hanya engkau yang beri arti
Arti hidup hingga mati nanti
Ibu.
Sidoarjo, 8/8/2011
Pagi kemarin tak terlihat indah
Matahari tak datang dicendelaku
Dan tarian mimpi itu masih bersamaku
Hembusannya hingga ketulang tulang
Entah kenapa hari itu
Datang dengan tiba tiba
Akan kabar dari saudara sedarah
Bicara tentang arti gelap terang dan hampa
Kembalilah kak.. dirumah tua ini aku tunggu
Pundi pundi segera dijinjing
Dengan tangan berotot mengangkat takdir Tuhan
Laju ku semakin menambah menambah tak berarah
Ucapan sehat itu aku dengar hingga telingaku
Jantung darah darahku sampai di kubangan hati
Tersentak aku tercengang bak peti
Akhir ketika engkau cium bau wangi
Aku tak ada disisi
Nasehat itu sudah jadi buku buku
Dalam hidup hingga matiku
Trimakasih dan pelukmu beri hidup selalu
Untukmu …..
Rabu, 23 /08/11
