Malam ini aku bercerita tentang ribuan anai-anai terhampar dihantam, datang disetiap penjuru, mungkin sedang bernostalgia dengan musimnya, ketika mencariku butiran dengan serakahnya, ternyata raut mukanyapun tak lagi tampak, bergeser ranting berpindah jejak, ada yang jatuh, ada pula bising bertajuk sepi, tapi suara itu semakin keras sebab yang lain bergeser, dan iapun berhenti, angin, hendak kemana seandainya keretaku melaju dibelakangmu, sia sia, tak ada tapak tak ada jejak, suara lenyap berserak tersibak, terbang, taukah benang itu masih terikat dengan laying, awan hitam awan biru hanya pesolek alam, terbangku berkeliling di nirwana, mengajak semua temukan seribu hayalan, keadaan semakin mengguncang, keadaan setidak sewajarnya, ikuti arus terbawa juga tergeletak aku dibuatnya, sesaat ingin sepertin angin sesaat ingin terbang, landay turun tangga masih saja sempoyongan, kedua tanggan tergenggam seerat penuh percaya, luka kah nanti, ah misteri, aku hanya segumpal darah, tak tau arah tujuan, ikuti roda roda, percaya ditelan masa, apa yang ku katakan? Aku hanya pecundang malam
