PERIHAL TUA DAN BISU,26/01/2012

Terasa lama ku tak sapa saudaraku, karena tubuh ini masih rentan beranjak dari ranjang, lihat angin dimusim semi, aku terjatuh seperti daun kering di rimba kala, aku tergerus seperti pasir digurun, aku terpendam seperti batu digunung, hingga aku tak punya nyali, samasekali buka mata. Gemuruh itu masih lantunkan nada hingga terdengar dikerongkongan, sebab telingaku  tertutup bunga mawar yang siap tumbuh dengan durinya, ini masih terlalu pagi kataku, tapi terlambat kau bersua kata mereka, aku sudah melalang bak belalang kitari alam, kau masih terlelap dengan dengkurmu. Sudahlah, sudah berlalu, sebenarnya aku ingin pergi memandang hijau sawah dan jernih air, pergi kegunung memetik cerita, dan turun kemudian ku bercerita, mungkin terasa bodoh, tapi itu terdengar menarik dipikiran, hanya pikiran tanpa jejak yang kulakukan. Masih terdiam aku di ranjang tua, berhayal entah kemana, seperti disibukkan dengan celoteh suara luar, kadang bicara, kadang meronta, kadang berdahak, dan kadang senyap ditelan suara lainya, pastinya kau tau apa yang ku jalani, setidaknya tau apa yang sudah aku lalui, hingga lalai akan waktu yang tergenggam di jari-jari hingga jari kaki, diparuh waktu itu aku berbagi, sebab, berbondong-bondong rombongan para perayu memeluk dan mencium pikiran, terbawa aku dibualan berlajur kata rentan dan terdiam.  

This entry was posted on Tuesday, January 31, 2012 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Comments
0 Comments

Page View

Powered by Blogger.