Kembaliku diruang tempat aku berbaring selama
beberapa tahun lalu, masih sama seperti dulu, itu almariku, itu mejaku dan ini
alas tidurku. Bermimpiku dihayalan dengan seimbang menembus awan awan hitam,
tak kunjung pula aku temukan apa makna akan cinta, bertanyaku pada semua orang
apa itu artinya, ternyata hanya sebatas paham mereka, penuh keyakinan aku
temukan, tapi mereka-merekalah yang buat aku bingung bagaimana seharusnya.
Selama beberapa hari aku ikuti roda mesinku berputar mencari apa dibalik kata itu,
tapi belum terpuaskan aku dengan jawaban, tentang segalanya, tentang yang buta
jadi cinta, tentang luka jadi suka, atau tentang perihal lainya. Mencoba aku
menggali kedasar bumi, tak urung satupun aku tak temukan, hanya tumpukan sampah
yang terpendam termakan zaman, sebenarnya apa artinya, heran aku dibuatnya
hingga semua orang pasti memilikinya dan menginginkanya, siapakah dirimu.
Begitu pula aku yang tak tau menahu tentang wujudmu,
dan orang-orang disekitarku meluapkan apa isi isi siksa dibalik cintanya.
Dengan penuh nafsu dengan penuh air mata, disela waktu beicara, aku hanya
sengaja menjadi pendengar tanpa berikan apa-apa. Sebenarnya apa yang mereka
bicarakan?
Hingga kini aku sedikit tau, entah itu salah entah
itu benar hanya sebatas ini apa yang aku yakini sejatinya cinta yang sejati
adalah cintanya makluk kepada Penciptanya. Aku tertegun dengan bukti-bukti yang
mengatakan bahwa mereka selalu berdzikir dari awal mula tercipta hingga kiamat
tercipta. Cinta itu luar biasa, tidak sekedar katakana suka, tapi dengan makna
makna yang dikandungnya. Cinta seorang dengan sesama itu biasa, tapi cintanya
makluk dengan sang maha pencipta. Itu baru luar luar luar dan luar biasa.
